Sabtu, 24 Juli 2010
Me: gpp klo sy banyak yg naksir?
Harfit: gpp,,
Me: beneran?
Harfit: knp emgnya? iy,,
Me: trus klo ad yg deketin gimana?
Harfit: pukul lah
Me: siapa? kok maen pukul? ihh, oom jahat..
Harfit: y gpp,,
Me: kn bisa ngomong baek2, yg gentle, sya g suka orangg yg maen pukul sembarangan
Harfit: y pukul dlu baru ngomong baek2.. kn enk..
Me: kebalik!! ngomong baek2 dulu l ah, masak maen pukul duluan?
Harfit: tar dongkol di hati on..
Me: ya makanya diomongin
Harfit: y kn pgn mukul dl,,
Me: nanti klo maen pukul sembarangan di tangkep polisi nti lho
Harfit: ywdh daripd dipendem trus.. y gpp,, urusan nnti itu, kn pak polisinya bs diomongin baek2..
Me: -.-a aaah,, g boleh maen pukul
Harfit: hahaha
Me: saya ga suka orang yang suka kekerasan :3
Harfit: iy iy,,
Kamis, 22 Juli 2010
sebenernya alasan saya ngambek simpel kok,,, saya kecewa..
Jumat, 16 Juli 2010
Pintu Masuk BP, Jumat, 20.00 WIB 16 Juli 2010
Sabtu, 10 Juli 2010
Seharian ini saya menangis karena saya sudah tidak tahu lagi apa yang bisa menenangkan diri saya sendiri. Saya sedang berada di titik terendah fase hidup saya. Pertahanan diri saya runtuh sepenuhnya. Mungkin saya bisa berpura-pura baik-baik saja pada orang lain, tapi ternyata saya tidak bisa selalu berpura-pura pada diri sendiri. Saya tidak bisa membohongi diri saya terus menerus. Pikiran saya mulai menentang segala rasionalisasi yang selama ini saya buat. Dan saya kalah pada semua ketakutan dan pikiran buruk itu. Saya jatuh, dan kini sedang kesakitan, tergores segala kekhawatiran yang tidak beralasan ini.
Yang lebih menyakitkan adalah, saya tidak menemukan cara untuk bercerita. Mungkin sebagian besar orang yang mengenal saya menganggap saya adalah orang yang sangat terbuka, nyaris tanpa rahasia. Tapi sebenarnya, dalam beberapa hal saya bisa sangat tertutup. Saya menyimpan cukup banyak rahasia di sudut paling gelap hati saya, rahasia yang hanya saya dan Tuhan yang saya tahu. Dan masalah saya kali ini berasal dari tempat tersebut. Saya tidak sanggup menceritakannya lansung pada siapa-siapa.
Hari ini saya benar-benar sedang berada di titik paling dalam. Saya benar-benar sedang kalut. Satu-satunya pemecahan yang bisa saya lakukan kali ini hanyalah menangis dalam diam. Ya, saya pandai sekali menangis tanpa suara, saya pintar sekalu berpura-pura di hadapan orang lain. Tapi hari ini saya sudah terlalu lelah dan kalut untuk berakting di hadapan diri saya sendiri. Saya takut menghadapi kenyataan. Jadi saya hanya bisa menangis seharian, dalam diam.
Saya memutuskan untuk membiarkan segala ketakutan ini lepas hari ini. Saya berharap besok saya kembali menemukan rasionalisasi yang cukup tepat. Meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semoga memang tidak ada yang salah dalam diri saya dan saya masih berkesempatan mewujudkan semua mimpi saya.
Jumat, 09 Juli 2010
Bendungan STAN, Jumat, 20.30 WIB, 9 Juli 2010
Saya : Om, saya gundul aja ya??
Dia : Ya udah sana!
Saya : Lho? Kok ya udah sana? Emangnya ga papa saya gundul?
Dia : Ga keliatan juga tho? Kan pake jilbab
Saya : Ya udah, saya gundulnya 4 tahun lagi aja.
Dia : Emoh!!
Saya : Kok emoh? Katanya ga papa?
Dia : Ya emoh lah
Saya : Kalau sekarang ga papa?
Dia : (diam)
Saya : Kenapa kalau empat tahun lagi ga boleh?
Dia : Ya emoh lah
Saya : Kan lumayan hemat shampo. Terus bolehnya kapan?
Dia : Sekarang
Saya : Kalau dua tahun lagi?
Dia : Ya udah ga papa.
Saya : Empat tahun lagi?
Dia : Emoh
Saya : Terus bolehnya sampe kapan?
Dia : Sekarang sampe 3 tahun lagi.
Senin, 03 Mei 2010
Kamis, 11 Maret 2010
Tapi nyatanya mata saya masih benderang, pikiran saya masih nyalang. Bukannya tidak ngantuk, saya ngantuk, sangat ngantuk. Bukannya tidak lelah, saya lelah, lelah sangat. Tapi saya masih ingin terjaga. Saya masih ingin menulis, ehm maaf, saya masih ingin mengetik. Saya masih ingin bercerita, ingin berbagi. Intinya, saya masih ingin bangun dan memberitahu semua orang akan apa yang membuat saya tetap terjaga saat ini.
Huffft... Saya bingung harus memulai dari mana. Kemampuan bercerita saya telah terdegradasi, sejak lama, saya sendiri lupa kapan tepatnya. Tapi walaupun tak pandai bercerita, saya tetap akan mencoba.
Besok saya pulang. Pulang ke kampung halaman. Kampus saya libur. Tiga minggu. Saya senang karena dapat bertemu keluarga saya. Dapat bermanja-manja pada ibu saya. Dapat bercanda dengan adik-adik saya. Liburan ini sudah lama saya nantikan, bahkan sampai membuat saya home sick dan tidak konsen ujian. Tapi kini, ada orang yang akan saya tinggalkan, dan mungkin saya akan merindukannya.
Saya tidak khawatir akan terkena sindrom kangen akut yang dapat membuat saya tidak menikmati liburan. Justru saya tidak terlalu yakin saya akan segitu kangennya, terlalu banyak hal yang dapat mengalihkan perhatian saya, dan saya adalah orang yang sangat gampang teralihkan. Justru sifat itulah yang saya cemaskan. Saya takut terlalu menikmati liburan sehingga saya melupakannya, melupakan waktu yang telah kami habiskan bersama dua bulan terakhir ini. Saya takut saya akan kehilangan rasa, saya takut semua menjadi datar kembali, Dan saya sangat malas untuk memulai dari awal, menata hati lagi.
Bukannya saya tidak yakin akan hubungan kami. Walau tidak 100% yakin, tapi saya akan berusaha keras membuktikan bahwa saya tidak mengambil keputusan yang salah. Hanya saja, saya cukup tahu siapa saya, saya paham sikap saya, dan saya takut saya benar-benar akan meniadakannya. Dan jika itu terjadi, saya akan sulit memaafkan diri saya sendiri karena menyiakan orang sebaik dia.
Selasa, 02 Maret 2010
Sudah lama sekali saya tidak "benar-benar" menulis,, maksud saya menulis karena memang diniatin menulis, bukan cuma iseng2 menghilangkan kebosanan.
Sabtu, 20 Februari 2010
sudah lama nih ga ngurusin nih blog...
Sabtu, 16 Mei 2009
Kenapa
sudah seminggu lebih aku tidak melihat senyumnya
dan aku penasaran apakah senyum itu masih ada dan masih sama manisnya
sudah seminggu lebih aku tidak melihat sosoknya
dan aku penasaran apakah ia masih sama dengan yang kuingat
sebenarnya apa yang dia punya?
hingga sanggup membuatku memperhatikannya
sebenarnya siapa dia?
hingga mampu membuatku selalu bertanya-tanya tentang dirinya
saat mengawali hari, aku selalu bertanya pada diriku
sempatkah aku melihat senyumnya
sempatkah aku mendengar sapaannya
sempatkah aku berbicara di hadapannya
tolong jawab pertanyaanku!apa yang membuatku penasaran akan dirinya?
apa yang membuatku ingin tahu, seberapa jauh aku dapat menerobos benteng dirinya?
sudah seminggu lebih aku tidak melihat senyumnya
dan aku penasaran apakah senyum itu masih ada dan masih sama manisnya
sudah seminggu lebih aku tidak melihat sosoknya
dan aku penasaran apakah ia masih sama dengan yang kuingat
I think I'm not falling in love
aku rasa aku sedang tidak jatuh cinta
karena aku tak memikirkannya di sepanjang waktu yang kupunya
karena aku tak menyebut namanya di setiap nafas yang ku hela
aku hanya memikirkannya jika aku sempat
,,ehm... mungkin 5 menit dalam sehari
saat ku tersadar dan bertanya akankah kutemui senyumnya hari ini
aku rasa apa yang kurasakan ini bukan cinta
karena tak pernah aku ingin mengikatnya di sampingku
karena tak pernah kurasakan sakit saat dia jauh dariku
aku hanya ingin mengenalnya lebih dekat lagi
dan aku ingin dia mengenalku lebih dekat lagi
aku hanya ingin melihat tawanya lebih sering lagi
Sabtu, 02 Mei 2009
Aku masih ingat masa-masa saat aku masih bersekolah, ketika aku tak bisa melewatkan satu hari pun tanpa membaca, ketika kuhabiskan waktu luangku dengan berkhayal dan mengembangkan imajinasiku, ketika begitu banyak ide dan cerita berseliweran di kepalaku, ketika aku sempat memendam cita-cita menjadi penulis atau pengarang yang menghabiskan hidupnya dengan berbagi cerita pada ribuan orang. begitu banyak yang ingin kutulis dan kusampaikan pada dunia, begitu banyak novel, cerpen, puisi, ataupun skenario yang bergumul di otakku minta dimuntahkan keluar dan dituangkan ke lembaran-lembaran kertas. minta dilahirkan, di beri nama dan diperkenalkan pada dunia. tapi aku selalu menolak permintaan mereka, menjanjikan bahwa suatu saat nanti aku akan membawa mereka ke dunia dan membiarkan semua orang tahu tentang mereka jika aku punya komputer nanti. aku memang menunda untuk melahirkan mereka hanya satu alasan tak berarti, tanganku malas menggorekan ideku pada helaian kertas. mereka akhirnya berhenti berontak. mengendap dalam pikiranku, dan aku sering membisikkan lagi janjiku pada mereka, meyakinkan mereka untuk tetap bersabar dan duduk tenang di salah satu sudut otakku.
waktu itu juga sedang maraknya komunitas blogger. dan aku ingin menjadi bagian dari komunitas tersebut, tulisanku di baca banyak orang, dan memiliki teman-teman baru. sejak SMA aku sudah mencoba untuk nge-blog. tapi karena aku belum mempunyai komputer, aku tidak bisa sering mengutak-ngatik blogku. dan sekali lagi aku berjanji pada sel-sel otakku untuk memindahkan muatan mereka ke dunia maya, suatu hari nanti jika aku punya komputer dan bebas mengetik tiap hari.
kini aku sudah hampir 2 tahun memiliki komputer, tapi aku belum memenuhi janji-janjiku tersebut. bahkan karena terlalu lama menunggu di sudut gelap dalam otakku, ide-ide yang kutimbun selama ini teroksidasi menjadi karat dan kerak. sudah tidak dapat kuingat lagi secara utuh. sebagian masih ingat garis besarnya, tapi sebagian benar-benar telah aku lupakan. bahkan blogku tetap tak terurus dan jarang kujamah. aku rasa otakku ngambek dan enggan lagi menunjukkan kreatifitasnya. aku tetap menjadi aku yang dulu, yang mals melahirkan ide-ideku ke dunia, dan membiarkan mereka berkarat di dalam otakku. otakku serasa mati.
aku berusaha menghibur ide-ide yang masih bertahan di otakku, aku mengatakan pada mereka bahwa suatu saat nanti mereka akan kulahirkan jika aku sudah punya laptop pribadi, dapat membayar pemakaian listrikku sendiri, dan telah berlangganan fasilitas internet. aku tak tahu apakah aku benar-benar bisa menepati janji tersebut atau aku akan mengulang kesalahan yang sama dengan membiarkan tumpukan ideku hanya menjadi kerak dalam otakku.karena aku rasa, jika aku memang berhasil mempunyai laptop pribadi, dapat membayar pemakaian listrikku sendiri, dan telah berlangganan fasilitas internet, aku sudah menjadi orang sibuk yang tak punya waktu luang untuk berkarya, tak punya kesempatan untuk berimajinasi. saat itu aku pasti telah berubah menjadi manusia yang tak jauh berbeda denga robot yang telah diprogram oleh rutinitas.
Senin, 16 Februari 2009
Aku pingin banget punya sahabat sejati, yang walau jarak puluhan kilometer memisahkan tidak sanggup merenggangkan hubungan kami. Sahabat tempat berkeluh kesah, yang akan merelakan pulsanya hanya untuk membalas sms-smsku yang sedang suntuk, yang memasukkan aku dalam urutan teratas orang yang akan ditelponnya jika ia dapat bonus pulsa, yang menjadikanku termasuk orang yang pertama tahu tentang peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya. Aku ingin dianggap berharga oleh orang lain, aku ingin melepas semua topengku dan menjadi aku yang benar-benar aku, aku ingin berbagi semua cerita dalam hidupku dengan seorang yang kuanggap sahabat dan menganggapku sahabat
Tapi sayangnya sampai sekarang aku belum menemukannya, orang yang menjadi bagian dari hari-hariku dan menjadikanku sebagai bagian dari hari-harinya, orang yang akan selalu kukenang dan mengenangku, orang yang selalu ada kapan pun aku membutuhkannya. tapi aku sudah capek mencari. Bisa dibilang aku sudah pesimis, trauma.. karena setiap kali aku merasa sudah menemukannya dan begitu kami terpisahkan jarak, aku harus menerima kenyataan bahwa aku salah
Aku selalu iri ketika seseorang menerima telpon dari temannya dan kemudian menghabiskan berjam-jam untuk saling berbagi cerita
Aku selalu iri ketika seseorang bersmsan dengan sahabatnya dan saling memberi nasihat
Aku selalu iri ketika seseorang telah menemukan sahabat sejatinya dan dapat mempertahankan hubungan itu sampai tua
Aku selalu ingin mempunyai seorang sahabat sejati, tidak hanya untuk masa kini, tapi yang juga akan bertahan hingga mati
Aku ingin seorang sahabat, yang dapat kukenalkan pada cucu-cucuku kelak
Seorang sahabat sejati yang tak lekang oleh waktu, yang tak luluh akan jarak
Seorang sahabat sejati yang benar-benar berbagijiwa denganku
04022009
Menari di atas awan
Meniti lenkungan pelangi
Bercanda dengan hembusan angin
Dan tersenyum pada bintang-bintang
Aku pun hanya bisa terpaku mengagumimu
Aku tak bisa membedakan
Apakah kau manusia atau malaikat yang turun dari surga
05022009
Kalau memang bidadari itu ada
Kau pastilah salah satunya
Dapat kubayangkan kau menghampiriku
Tersenyum dan bercerita tentang surga
Lalu kaubentangkan sayapmu
Mengajakku terbang bersama angin
Menari di antara rintik hujan
Menaburkan tawa di penjuru bumi
Dan jikalau saat itu tiba
Aku tak peduli lagi
Jika aku harus mati saat itu juga
05022009
Aku hanyalah setetes hujan
Yang tak bisa memilih akan jatuh kemana
Ke samudra luas dan menjadi debur ombak biru
Atau ke kubangan lumpur di pinggir jalan raya
Aku tidak bisa menentukan takdirku
Akankah aku menjadi air mineral dalam botol plastik
Atau membeku menjadi gunung es di kutub selatan
Aku tidak bisa mengatur jalan hidupku
Mungkinkah aku menjadi permata di tanah kering
Atau menjadi banjir dan dihujat manusia
Aku hanya setetes hujan
Yang tidak bisa memilih akan jatuh kemana
Yang tidak bisa menentukan takdirku
Yang tidak bisa mengatur jalan hidupku
Tapi aku selalu bersyukur diciptakan-Nya
Menjadi rintik hujan
Yang di tiap atomnya terdapat sepenggal harapan
03022009
Aku ingin menjadi secercah sinar
Yang menari di celah-celah angin
Yang bermain diantara gelombang
Yang bercanda dengan rerumputan
Yang bertegur sapa dengan ilalang
Yang menyusup di sela kata-kata
Yang menerobos lorong-lorong sunyi
Yang mendobrak celah-celah kehidupan
Yang mengusir keputusasaan
Yang memerangi kegelapan
Yang datang membawa harapan
Aku ingin menjadi secercah sinar
Yang menyebarkan cahaya
Di rongga-rongga jiwa manusia