Sabtu, 10 Juli 2010

Fell into the lowest point

Seharian ini saya menangis karena saya sudah tidak tahu lagi apa yang bisa menenangkan diri saya sendiri. Saya sedang berada di titik terendah fase hidup saya. Pertahanan diri saya runtuh sepenuhnya. Mungkin saya bisa berpura-pura baik-baik saja pada orang lain, tapi ternyata saya tidak bisa selalu berpura-pura pada diri sendiri. Saya tidak bisa membohongi diri saya terus menerus. Pikiran saya mulai menentang segala rasionalisasi yang selama ini saya buat. Dan saya kalah pada semua ketakutan dan pikiran buruk itu. Saya jatuh, dan kini sedang kesakitan, tergores segala kekhawatiran yang tidak beralasan ini.


Yang lebih menyakitkan adalah, saya tidak menemukan cara untuk bercerita. Mungkin sebagian besar orang yang mengenal saya menganggap saya adalah orang yang sangat terbuka, nyaris tanpa rahasia. Tapi sebenarnya, dalam beberapa hal saya bisa sangat tertutup. Saya menyimpan cukup banyak rahasia di sudut paling gelap hati saya, rahasia yang hanya saya dan Tuhan yang saya tahu. Dan masalah saya kali ini berasal dari tempat tersebut. Saya tidak sanggup menceritakannya lansung pada siapa-siapa.


Hari ini saya benar-benar sedang berada di titik paling dalam. Saya benar-benar sedang kalut. Satu-satunya pemecahan yang bisa saya lakukan kali ini hanyalah menangis dalam diam. Ya, saya pandai sekali menangis tanpa suara, saya pintar sekalu berpura-pura di hadapan orang lain. Tapi hari ini saya sudah terlalu lelah dan kalut untuk berakting di hadapan diri saya sendiri. Saya takut menghadapi kenyataan. Jadi saya hanya bisa menangis seharian, dalam diam.


Saya memutuskan untuk membiarkan segala ketakutan ini lepas hari ini. Saya berharap besok saya kembali menemukan rasionalisasi yang cukup tepat. Meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semoga memang tidak ada yang salah dalam diri saya dan saya masih berkesempatan mewujudkan semua mimpi saya.


0 Comments:

Post a Comment